17 July 2006

satori

butir-butir pencerahan menuju kesadaran, klik disini.

rangkuman

Isi blog ini telah dirangkum ke dalam dua tulisan terpisah dengan format Adobe PDF yang dapat didownload pada alamat di bawah ini:

- kau, aku, tuhan
- cinta

terima kasih dan salam hangat.

10 July 2006

epilog

ketika saya mulai memasuki fase ke dalam ini, menjelajahi alam mimpi atau bawah sadar, saya pikir ini akan menjadi pengalaman menuju ketiadaan (experience no-thing).

namun yang terjadi, saya menemukan berbagai rasa, seperti cemas, takut, benci, salah, dan banyak lainnya, terpendam melayang-layang di dalam lautan bawah sadar, pribadi atau bahkan kolektif.

sepanjang hidup, alam eksternal (sadar) dan internal (bawah sadar) kita sedikit atau banyak telah terkontaminasi berbagai bentuk indoktrinasi, anggapan, dan ajaran-ajaran, yang menumbuhkan perasaan-perasaan negatif, salah, takut, sesal, marah, benci, dendam, prasangka, dan lain sebagainya, yang sebagian tertuang dalam coretan-coretan puisi satirik.. kesemuanya yang pada akhirnya saya sadari merupakan ilusi.

ketika berbagai ilusi tersebut teridentifikasi, kita memiliki kesadaran, kekuatan, dan kebebasan untuk memilih, ingin tetap berada dalam ilusi penderitaan tersebut, atau membuangnya?

setiap orang tampaknya menginginkan kebahagiaan, kedamaian, cinta.. kesemuanya yang sesungguhnya tidak perlu dicari kemana-mana, karena selama ini ada di dalam diri masing-masing! kesadaran itu menjadi jelas dengan sendirinya, ketika saya memilih untuk membuang ilusi yang membelenggu alam bawah sadar saya. seperti menepis debu yang selama ini menutupi sebuah kristal.

perjalanan ini, setidaknya berujung kepada suatu penemuan, bahwa cinta, kedamaian, kebahagiaan, adalah realitas fitrah jati diri manusia..

***

28 April 2006

hidup dan mati

aku rasa

hidup dan mati adalah proses..
yang satu proses menjadi,
yang lain proses transisi..

kelahiran dan kematian adalah metamorfosa..
pada saat yang sama,
di realm yang berbeda..

kematian raga adalah kelahiran jiwa
pemberhentian untuk pindah kereta
melanjutkan perjalanan menuju Sumber Pertama..

berbahagialah pada saat kematianku!

15 March 2006

bhinneka tunggal ika

bhinneka tunggal ika
dimana kini kau berada?

ketika kutatap dinding
tergantung lesu makna terlupa

tertutup sarang dan debu
hingga harus memicik mataku

bhinneka tunggal ika
mengapa kau diam saja?

ketika para budak tuhan
hanyut dalam delusi perpecahan

terbakar ego dan dogma
hingga sudah picik pikirannya

bhinneka tunggal ika
mari kita bebaskan mereka

dari belenggu dan sekat yang fana
dengan cahaya dan cinta

membakar ajaran takut dan neraka
hingga damai turun kembali ke dunia

20 February 2006

kita semua adalah juruselamat

Kristus datang ke dunia
menujukkan jalan yang lurus,
hidup yang baik,
dan kebenaran yang sejati:

bahwa seluruh umat manusia adalah anak-anak Tuhan
dan juruselamat bagi dirinya

waktunya segera tiba
bagi para juruselamat untuk bangkit

mereka akan mengabarkan kembali
kepada dunia, berita suka cita

bahwa seluruh umat manusia adalah anak-anak Tuhan
dan anda, saya, kita semua adalah juruselamat

bersama, kita akan menyirami dunia
dengan cinta dan air kehidupan

mengakhiri ajaran-ajaran ketakutan,
perbedaan, penyesalan, pengkotakan..

memadamkan kepercayaan dan ancaman neraka,
setan, dan tuhan yang menakutkan..

menyemaikan benih-benih cinta dan keabadian,
kebaikan, keindahan, dan kebenaran..

memanifestasikan Kerajaan Surga dari dalam ke sekeliling kita
mengalirkan cinta Sejati dari hati kita kepada sesama

tidak ada lagi takut,
tidak ada lagi salah,
tidak ada lagi penyesalan..

karena kita semua adalah juruselamat

you are your own Messiah!

06 February 2006

tanya tuhan dimana

ilusi pengkotakan akan terus ditanamkan,
amarah dan kebencian akan terus berkobar,
pembunuhan akan terus terjadi,
peperangan akan terus berlangsung..

karena orang meletakkan tuhan di luar dirinya,
dan hanya melihat orang lain dari warna kulit,
jender, umur, daerah asal, kebiasaan, tradisi dan
agamanya..

namun,
ketika seseorang menemukan tuhan di dalam dirinya,
dia akan menemukan tuhan di dalam orang lain,
ketika itulah timbul kesadaran
bahwa satu tuhan tidak dapat membunuh tuhan yang lain..

dan amarah dan benci akan hilang,
pembunuhan akan berhenti,
perang akan berakhir..

ketika tingkat kesadaran ini dicapai
tidak ada lagi perpecahan,
karena anda, saya, tuhan
kita semua adalah satu..

jika bagi sebagian ini masih sebuah mimpi,
mari, bersama kita wujudkan menjadi nyata..
sehingga pada akhirnya,
semua mahluk hidup bahagia..

allah marah lagi

agama, tak ada hentinya
menunjukkan wajah sangarnya

nabi panutan
disejajarkan dengan tuhan

kumpulan legenda dan aturan
dimaklumatkan sebagai kata-kata tuhan

dan ego semilyar umat telah
melekat buta pada keduanya

ketika nama nabi disebut dalam peringkat
seseorang dipenjara

ketika ayat-ayat suci dimuat dalam novel
seseorang difatwa mati

ketika kekerasan agama diungkap dalam film
seseorang dibunuh

dan ketika semilyar umat
melihat gambar nabinya dalam karikatur

wajah santun pun berubah
kembali ke wujud penuh amarah

"allahu akbar!" bergema kembali,
"kalian telah membuat kami murka,
hadapi kami!"
tulis fpi

ah, kalian vs kami lagi,
benci sana benci sini..

menunjuk sesat
mencurigai
merasa dihina
minta dihormati

kekerasan oleh umat beragama,
berangkat dari amarah,
melepuh karena benci, terhina,
curiga, dan takut..

agama yang terus menebar takut
tak akan pernah menuai damai

27 January 2006

kekerasan, antara nurani dan dogma

ada krisis yg cukup serius dlm masyarakat yg rasanya perlu kembali kita refleksikan. mungkin kita kurang menghargai hidup.
mungkin kita kurang peduli pada realitas kehidupan.

kalau kita mau perhatikan,
kekerasan fisik maupun psikis terus terjadi terhadap sesama manusia, terhadap binatang..
manusia membunuh manusia..
vice versa..
manusia membunuh binatang..
binatang membunuh manusia..
manusia menghancurkan alam..
alam menghancurkan manusia..
bagi kita itu wajar...

kita membunuh binatang -dalam nama tuhan yang maha pengasih dan penyayang- dan mengatakannya itu bukan membunuh.
kita membantai ratusan hewan -untuk dikonsumsi- dan mengatakannya itu bukan pembantaian.
bagi kita itu wajar.

wajarkah?
atas dasar apa?
nurani atau dogma?

hidup mempunyai akhir itu mungkin dikatakan wajar,
tapi mengakhiri hidup (membunuh) itu tidak wajar.

di masa lalu manusia dibunuh untuk dijadikan kurban.
seiring waktu dan meningkatnya kesadaran membuat manusia mencari alternatif kurban, yakni spesies saudaranya, binatang.
seiring waktu pulalah yg mengantar pada kesadaran bahwa berkurban tidak perlu lagi membunuh, manusia ataupun binatang.

apapun alasan religius dogmatis yg masih mendukung (atau mewajibkan) nya,
membunuh tetap merupakan wujud kekerasan.
selama manusia terus melakukannya (sebab),
maka kekerasan hingga pembunuhan akan terus terjadi di dunia (akibat).

kita dapat menghentikan lingkaran kekerasan itu,
salah satunya dapat dimulai dari memperbaiki sikap dan perilaku kita terhadap binatang.

berdamai kepada binatang, manusia, dan alam semesta
peradaban damai yang sejati niscaya kan tercipta..

rahayu,
life is beautiful,
let's end the circle of violence,
kill life no more..

11 January 2006

Several Quotes on Animal Welfare

"If a man aspires toward a righteous life, his first act of abstinence is from injury to animals." - Count Leo Tolstoy, Russian Novelist and Philosopher

"Compassion for animals is intimately connected with goodness of character and it may be confidently asserted that he who is cruel to animals cannot be a good man." - Arthur Schopenhauer, German Philosopher

"If man is not to stifle his human feelings, he must practise kindness towards animals, for he who is cruel to animals becomes hard also in his dealings with men. We can judge the heart of a man by his treatment of animals." - Immanuel Kant, German Philosopher

"For as long as men massacre animals, they will kill each other. Indeed, he who sows the seed of murder and pain cannot reap joy and love." - Pythagoras, Pre-Socratic Greek Philosopher

"He who harms animals has not understood or renounced deeds of sin. Those whose minds are at peace and who are free from passions do not desire to live at the expense of others." - from Acharanga Sutra - Jainism - Non-Vedic Religion of Old India

"When a man has pity on all living creatures then only is he noble." - Buddha Siddhartha Gautama, Indian founder of Buddhism Religion and Philosophy

"Cruelty to dumb animals is one of the distinguishing vices of low and base minds. Wherever it is found, it is a certain mark of ignorance and meanness; a mark which all the external advantages of wealth, splendour, and nobility, cannot obliterate. It is consistent neither with learning nor true civility." - William Jones, English Philologist and Jurist

"Non-violence leads to the highest ethics, which is the goal of all evolution. Until we stop harming all other living beings, we are still savages." - Thomas Edison, American Scientist and Inventor

"Our treatment of animals will someday be considered barbarous. There cannot be perfect civilization until man realizes that the rights of every living creature are as sacred as his own." - Dr. David Starr Jordan, American Biologist and Educator

ber-qurban tidak perlu membunuh!

pedih..
miris..
aku menangis...

setiap tahun, ratusan (jika tidak ribuan) binatang disembelih,
sekedar memenuhi "kewajiban" ritual, warisan tradisi religius kuno..
berbagai dalih dan pembenaran diutarakan..
tetap tidak dapat menghapus bau amis darah yang membasahi bumi..

karena ber-qurban, tidak perlu membunuh!

serendah apapun anggapan manusia terhadap binatang,
mereka juga punya rasa,
tanya apakah para sapi maupun kambing MAU disembelih.. ?
tanya mengapa mereka meronta-ronta ketika dibantai.. ?

tataplah matanya yang berteriak ketika darah menyembur dari lehernya..
tidakkah anda rasa yang mereka rasa?
ataukah sudah bebal diracun agama?

peradaban damai hanya akan tercipta,
ketika manusia berhenti membunuh..

03 January 2006

tunjuk sesat

agama masih terus ingin membunuh para nabi dan buddha
menunjuk jalan lain sebagai sesat
semata-mata demi kejayaannya,
serta menjaga kesetiaan para hambanya..

mungkin bagi para sipir agama
kreativitas adalah berbahaya,
kebebasan berpikir, menyesatkan
perubahan, tabu yang dilaknati..

mereka menunjuk jalan lain sesat
berdasar kitab yang mereka sucikan,
tidakkah justru mereka melakukan penyesatan
mengurung umat manusia dalam lingkaran permusuhan?

masih tidak mau sadarkah kita?
penyesatan terbesar yang terus dilakukan agama-agama
adalah memecah-belah umat manusia dalam diskriminasi
berbagai jalan, seraya menyatakan jalannya yang paling benar

apakah nurani sudah basi?
apakah kesadaran sudah langka?
tunjuk sesat sudah biasa,
siapa korban berikutnya?

30 December 2005

setan-setan peliharaan manusia

dunia ini sedang sakit,
dan umat manusia menderita,
oleh karena mereka yang memelihara
setan-setan di dalam dirinya

bangga, malu,
iri, cemburu,
tamak, rakus,
dusta, tipu,
malas, tak mau tahu,
marah, benci,
nafsu birahi,
budak materi..

berulang kali pergi haji,
berulang kali menerima komuni,
berulang kali beribadah,
berulang kali menyebut namaNya..

menjalankan setumpuk perintah agama,
takkan membawa umat manusia kemana,
sepanjang mereka terus memelihara
setan-setan di dalam dirinya

sesungguhnya telah diproklamirkan, bahwa
kerajaan surga ada dalam diri tiap manusia,
perdamaian kan terwujud, penderitaan pun sirna,
apabila umat manusia mau menemukannya..

masuk dan tinggal di dalam kerajaan surga,
tak semudah membalikkan tangan,
butuh kesadaran, kerelaan, dan ketulusan
untuk melepaskan setan-setan peliharaan..

20 December 2005

Menghentikan perang

"Selama orang lupa Tuhan, perang akan terulang lagi. Kita perlu benar-benar mengenal Tuhan di dalam, berhubungan denganNya agar tahu bahwa orang lain juga adalah Tuhan, sadar bahwa satu Tuhan tidak dapat membunuh Tuhan yang lain. Maka kemudian perang akan berhenti.
Apabila kita tidak mengetahui hal ini, kita hanya melihat sesama sebagai orang lain; kita hanya melihat pada kepribadian, karakter, kebiasaan dan tradisi kebangsaannya.
Kita lupa bahwa ada Tuhan di dalam orang itu, dan itu yang paling penting."


- Supreme Master Ching Hai

08 December 2005

to be god

one night, when i was having a little conversation with god, out of nowhere, i abruptly asked,

are you god?

yes, you are..


excuse, me? i know it may sound harsh, but i was asking about you..

i know..


are you really God?

yes, You really are..


come on, you're kidding me, right?

does that sound funny to you?


no.. in fact, that sounds terrifying!

i understand..
but i am telling you just what i've been telling everyone for ages.
i am telling you of whom you have denied most of your lifetime..


i have not!

yes you have.


i don't understand.

you are in denial,
because you are holding on to some of the beliefs about god which have been created out of fear.
with that fear,
you have separated me from your self,
you have placed god out of your self..


but i have found you -to my surprise- within me, and out of desire to love you..

indeed, that is true.
for it was love that brought you here..

what remain is a belief that you can be separate from god,
as if when i speak with you, i go within you,
and when i do not, i go without you.


so i did.. i do believe that sometimes -when i do not hear you- i am without you..

with that belief of separation, you are in denial of your self,
you are denying the god that you are..

while in truth, i am here with you, always.
you are never without me.. you cannot be without me.

instead, you created your own beliefs in an evil god who needs sinful men to keep the fires of hell,
or who requires the blood and death of jesus so that god may spare mankind from extinction..


but god is good..

and evil at the same time?


no of course not!

your past beliefs have showed vividly that of a raging, deceiving, avenging, lustful god..
do you think that the god who punishes his own creation, tortures sinful beings in hell, puts people to kill each other, is a GOOD GOD?


no, i don't think so..

then,
stop judging, punishing your self and others,
stop torturing your self and your brothers and sisters,
stop killing your self and everyone else..
stop being who you are NOT.


i'm beginning to understand now..

you do not need to believe in god or believe to be god
need matters not. what you choose does.
you can choose to believe -whatever you want to believe,
or choose to be god.


the blue pill or the red pill..

as you have found me within you and within everyone,
now -as always- is time for you to manifest god, through you,
so that everyone may find god within them, and also,
manifest divinity, through them.


now that sounds like a spiritual challenge..

yes.. it is a challenge for courageous men and women
to rediscover their destiny,
to bring humanity out from slavery of beliefs and ignorance,
to awaken mankind from its deep spiritual slumber,
to uplift human consciousness into higher states of evolvement

and it starts NOW
by taking responsibility to your self
by remembering who you are,
by being who you really are..

to be or not to be,
these choices i leave to you.

for the sake and the future of humanity,
choose well, my son.


thank you.. i will.

and remember always,

you are never without me,
as i am always within you.

06 December 2005

quo vadis, agama?

"Ada yang salah dalam agama..," demikian diungkapkan Ulil Abshar-Abdalla beberapa waktu lalu. Dan saya pikir tidak hanya dalam islam, tetapi kekristenan dan judaisme (to name a few). Selama dalam agama ada masalah, agama tidak bisa dijadikan solusi tuntas bagi umat manusia, tapi hanya akan menimbulkan masalah2 baru. Pluralisme membantu kita menghargai agama apa adanya. tapi tidak banyak membantu memperbaiki, mengkoreksi ajaran/kepercayaan agama yg tidak harmonis dengan etika global dan nilai-nilai kemanusiaan dunia saat ini.

Kelemahan pluralisme, imo, adl kecenderungannya mengabaikan 'borok-borok' dalam agama demi menghargai kebersamaan.
Masing-masing punya jalan, setiap jalan menuju tuhan, dan semua jalan sesungguhnya satu, kira-kira begitu ungkapan pujangga Rumi. Sungguh indah. Larut menjadi satu. Dan kalau kita menarik benang merah dalam masing-masing agama islam, kristen, buddha, hindu, konghucu terdapat satu ajaran moral yg sama, "the golden rule."
Tapi itu hanya akan dapat diapresiasi sepenuhnya jika manusia sudah memilih transcend ke paradigma baru, mencapai tingkat evolusi yg lebih tinggi, melakukan shift of consciousness.

Apakah ramai-ramai mengunjungi FPI dapat mengubah religiositas mereka menjadi ramah thd lingkungan, ramah thd sesama? saya rasa tidak juga. Masalahnya bukan pada mereka per se. Tapi pada agama yang melandasi pemahaman dan cara berpikir mereka. Dan menjadi masalah ketika agama menempatkan suatu sistem, aturan, pandangan-pandangan ribuan tahun yang lalu tentang tuhan dan hubungannya dengan umat manusia ke dalam status quo yang diabadikan menjadi kitab suci. kitab suci yg menjadi landasan agama yg menjadi landasan pemahaman mereka.

Problemnya ada pada kitab suci yg sehari-hari kita gunakan. kitab suci sama yg digunakan oleh para teroris. kitab sama yg dipegang para pelaku korupsi, para pelaku kekerasan, dll.

Sementara hampir semua bidang lainnya sudah mengalami kemajuan pesat, agama tetap stagnan. Karena seluruh nilai-nilai moral ajarannya didasarkan semata-mata pada moralitas peradaban jaman kitab-kitab itu ditulis. Dan ironis, ketika kalangan moderat mencap para teroris itu bukan islam, atau, perilaku kekerasan pada seseorang bukan dari agamanya. kontradiktif pada realitas bahwa kitab suci (torah, alkitab dan alqur'an misalnya) mengandung -selain nilai-nilai bijak- pandangan2 yg memicu totalitarianisme yg merepresi kritik dan kebebasan, serta begitu banyak nilai-nilai kekerasan, barbarisme dan tribalisme yg tertanam di dalam alam bawah sadar para penganutnya, yang termanifestasi ke dunia seperti yang kita saksikan saat ini.

Para pemikir masa kini seperti antara lain Sam Harris dlm bukunya The End of Faith, Sankara Saranam (God Without Religion), atau Neale Donald Walsch (Tomorrow's God) sedikitnya telah berusaha memberikan warning signs akan adanya problem krusial dlm agama-agama yg kita hadapi sekarang ini.

Saya pikir kita perlu memperbarui pandangan-pandangan kita tentang agama, merevaluasi aspek2 yg ada dalam agama, melakukan koreksi terhadap sebagian kepercayaan kita yang sudah tidak sejalan dengan kehidupan. Saya ambil contoh dari apa yang dilakukan Thomas Jefferson pada alkitab. Upaya beliau adalah mengekstrak nilai-nilai etika moral ajaran Yesus, melepaskannya dari dogma, mitologi dan tahyul2 supranatural yang menyelimuti ajarannya, ke dalam kemasan baru yg lebih jernih, dus the Jefferson's Bible.

Mungkin hal2 semacam itu bisa kita lakukan. kita perlu mau membuka diri, mau menyadari dan mengakui berbagai kekeliruan yg ada dalam doktrin-doktrin agama yg dianut, dan melakukan perbaikan pada kitab suci.

Demi masa depan peradaban, masa depan umat manusia.

01 December 2005

kembali kepada cinta

kembalilah kepada cinta
yang sepanjang hidupmu
kau cari tak kunjung temukan

dia bukan ada di sana, atau di sana
melainkan di dalam dirimu
semenjak pertama kali engkau ada

karena kau dilahirkan dari cinta,
dalam cinta, karena cinta,
tak pernah dalam dosa atau kutukan

maka, kembalilah kepada cinta,
jadilah cinta, agar semua akhirnya tahu,
bahwa umat manusia adalah satu

21 November 2005

Absurditas kepercayaan-kepercayaan religius

Sebuah panggilan untuk perubahan




Mengapa dialog agama selalu gagal

Saya menyadari bahwa komunikasi, dialog adalah cara yang baik untuk menumbuhkan pluralisme, etika dan sikap-sikap yang toleran di antara umat, beragama maupun tidak.

Akan tetapi berdialog dengan seorang yang terdogmatisir agama seringkali menjadi satu hal yang tersulit, hanya karena (yang saya amati) ada dua penyumbat dialog yang digunakan untuk menutup dirinya dari ketakutannya akan kemungkinan perubahan iman atau kepercayaan yang dianut jika dia menerima suatu gagasan tertentu. Penyumbat-penyumbat komunikasi itu adalah, pertama, "jangan gunakan logika/pikiran." kedua, "itu ada di alkitab." Saya akan mencoba menjelaskan secara singkat permasalahannya dari sudut pandang saya, implikasinya secara umum dalam agama-agama, dan apa yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki kondisi dunia saat ini.

"Jangan gunakan logika.."

Adalah kalimat yang hampir selalu diucapkan "orang percaya" ketika membahas atau berdiskusi tentang misteri tuhan. Ketika saya pernah membahas dengan seorang rekan mengenai hal-hal keagamaan yang diluar lingkup kepercayaan agama katholik, saya diingatkan untuk "jangan terlalu dipikirkan, yang penting percaya saja."
Saya ingat juga ketika para anggota milis salah satu gereja membahas seorang pastur yang diketahui telah melanggar aturan selibat dan selama beberapa tahun telah menjalin cinta dengan orang lain, kita diingatkan kembali untuk "tidak usah pusing, biarlah para romo saja yang memikirkan hal itu."
Dalam hampir setiap pembicaraan dengan berbagai rekan, dapat muncul pernyataan yang mengingatkan agar kita tidak boleh memakai logika untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut agama, apalagi tuhan. Tuhan hanya dapat dirasakan keberadaannya di hati.

Saya setuju, tuhan yang tak terbatas tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh logika manusia yang terbatas. Tapi yang kemudian terjadi justru sangat kontradiktif, dimana orang beragama diharuskan untuk melandaskan pemahamannya tentang tuhan semata-mata pada keterbatasan logika dan cara pandang orang-orang terkemuka maupun para nabi yang pernah hidup di jaman ribuan tahun yang lalu yang diajarkan dari mulut ke mulut dan kemudian dituliskan dalam apa yang menjadi kumpulan manuskrip yang lalu dianggap sebagai inspirasi roh atau bisikan malaikat dan kemudian dijadikan sebagai kitab suci. Dan karena karena telah dianggap "suci" -bahkan masih banyak yang meyakini alkitab sebagai tulisan atau kata-kata dari Tuhan sendiri- sehingga pada akhirnya tidak boleh diperbantahkan oleh siapapun.

Dus, hal ini membawa kita kepada problematika selanjutnya, penyumbat yang kedua.

"It's in the bible.."

Satu kalimat itu dapat membuat sebuah diskusi berhenti mati. Hal ini berulang kali saya alami dalam berbagai kesempatan berdiskusi khususnya dengan orang beragama konservatif, seperti misalnya diskusi homoseksualitas, pendidikan anak, dsb, yang segera berhenti ketika orang itu telah berkata, "itu ada di alkitab."
Berbagai pandangan yang membenarkan sikap memusuhi atau menajiskan homoseksualitas berasal dari alkitab. Berbagai pandangan orang tua bahwa anak-anaknya harus dipukuli berasal dari alkitab.
Maka jika seseorang sudah menyatakan, "itu ada di alkitab," end of discussion. Apapun argumen yang saya berikan akan ditolak mentah-mentah, tidak mau dipertimbangkan. Dialog berhenti, karena jika diteruskan, seringkali menjadi debat kusir yang mungkin tidak ada habisnya, sehingga suasana menjadi memanas dan dapat merusak persahabatan.

Setelah menjumpai perilaku tersebut dalam cara pikir banyak orang, saya dapat memahami mengapa kepercayaan dan tradisi dalam agama seringkali tidak boleh dipertanyakan, karena mempertanyakan agama ekuivalen dengan mempertanyakan atau dapat dianggap meragukan tuhan, dinilai imannya lemah, bahkan dapat dicap sesat, murtad.

Kalau kita bertanya lagi mengapa bisa sampai begitu? jawabannya kembali lagi pada penyumbat pertama, "jangan pakai logika."
Dua penyumbat ini, telah menjerumuskan manusia ke dalam lembah ketidakpedulian dan intoleransi, serta menumbuh-kembangkan sikap denial/penolakan-penolakan terhadap rasio dan realitas.
Disadari atau tidak, dua penyumbat ini menurut saya adalah kunci sukses pertikaian antar umat dan pengkotak-kotakan agama yang selama ini terus berlangsung.

Ineransi dan infalibilitas alkitab/alqur'an

Kecenderungan yang sering saya jumpai, adalah kepercayaan bahwa alkitab tidak mungkin memiliki kesalahan. Alkitab adalah ineran, infalibel, suci. Yang mungkin salah adalah interpretasi dari manusia-manusia. Saya paham jika orang menuding kepada interpretasi yang dianggap menyimpang, karena banyak sekali perbedaan interpretasi orang-orang percaya akan berbagai ayat dalam alkitab yang diakui maupun tidak telah membuahkan kebingungan dan perpecahan yang dahsyat di antara umat gereja-gereja.

Tapi dari yang saya pelajari, sebagian besar manuskrip yang terkumpul dalam alkitab itu banyak merupakan penggambaran akan peradaban dunia di masa lalu dimana kepercayaan adanya perang antara dewa-dewa atau antara tuhan dengan setan masih begitu kental, menggambarkan pemikiran orang-orang di masa itu tentang dua wajah tuhan yang kontradiktif, yang mana di satu sisi maha pengasih dan penyayang, di sisi lain maha pemarah, pendendam, pencemburu, haus darah, dan lain sebagainya.

Bagaikan pisau, sebuah alkitab merupakan paradoks yang di satu sisi mengandung kata-kata bijak, di sisi lain mengandung ayat-ayat yang terus menuai berbagai interpretasi kepercayaan teologis yang absurd, sebagai contoh antara lain:

- tuhan harus ditakuti,
- tuhan pemarah, pencemburu, pendendam, suka perang,
- manusia dilahirkan dalam dosa
- manusia terpisah dari tuhan
- orang berdosa masuk neraka
- orang yang tidak percaya kepada tuhan, atau tidak bertobat, setelah mati akan disiksa di neraka,
- anak harus dipukul,
- orang yang murtad harus dibunuh,
- pandangan sosio-biologi yg simplistik ttg jender,
- homoseksual harus dibunuh karena melanggar kodrat,
- perempuan harus tunduk pada laki-laki karena itu kodratnya,
- dosa manusia ditebus dengan darah kristus,
- gereja adl penerus tubuh kristus di dunia,
- ratusan ramalan akhir jaman yang menakutkan, kiamat, hari penghakiman,
- air, minyak, atau ornamen, batu-batuan tertentu yang telah melalui proses ritual, dipercaya memiliki kekuatan mujizat,
- infalibilitas paus (dinyatakan pertama kali pada Konsili Vatikan I tahun 1869-1870),
- dan masih banyak hal lainnya.

Hal yang sama (dari yang insignifikan hingga kekerasan, perintah-perintah untuk membunuh dsb.) banyak terkandung di dalam alqur'an.

Sebagian besar pengikut aliran kepercayaan agama (islam, kristen, dan lainnya) telah banyak mengesampingkan, dan menekan, merepresi akal budi, logika kita sebagai mahluk yang memiliki kapasitas intelektual tinggi, demi suatu dogma atau kepercayaan yang menjatuhkan akhlak manusia ke tingkat yang sulit dibayangkan untuk abad ini, yang dilandaskan semata-mata pada sebuah -hasil terjemahan ribuan tahun- kitab yang diterima dan diagungkan sebagai satu-satunya sumber kebenaran yang mutlak.

Oleh karena satu hal dan yang lain yang saling kontradiktif tersebut, saya dapat memahami mengapa orang dalam beragamanya merasa perlu menekan bahkan menghilangkan rasionalitas, logikanya, yang akibatnya justru fatal.

Iman vs. rasio

Liberalisasi logika, penggunaan rasio, dan pengembangan ilmu pengetahuan telah terbukti berulang kali menyelamatkan peradaban manusia dari kegelapan yang diakibatkan oleh ketidakpedulian institusi-institusi agama yang telah mengesampingkan logika dan etika.

Kita kini menyadari bahwa bumi itu bulat, tidak datar, kita menyadari bahwa matahari tidak mengelilingi bumi. Kita mengetahui bahwa seseorang yang mengalami kejang akut tidak berarti dia dirasuki setan. Kita menyadari bahwa memukul anak bukanlah cara yang bijak dalam mengasuh. Kita juga menyadari dari ratusan ramalan biblikal tentang akhir jaman di masa lalu, tidak ada satupun yang terjadi.

Akan tetapi hingga saat ini pengesampingan logika demi kepercayaan-kepercayaan absurd masih ada dan terus dilestarikan, jika tidak mau dikatakan semakin meledak.

Kemudian, jika saya amati Islam dan terorisme, fakta menunjukkan telah berulangkali terjadi bom bunuh diri yang direncanakan secara sistematis, pembunuhan terhadap golongan yang dianggap kafir, berbagai bentuk penindasan terhadap orang yang tidak seagama, dan lain-lain. Kesemuanya itu (dari pengamatan saya) merupakan hasil interpretasi dari kitab suci oleh orang-orang yang dikatakan sebagai fundamentalis, literalis. Menjadi ironi ketika sebagian kelompok yang moderat atau liberal menuding itu bukan bagian dari agamanya. Disini telah terjadi denial, pengesampingan logika.

Jika kelompok fundamentalis telah berada dalam penolakan, menutup pandangan terhadap pluralisme yang terkandung dalam agamanya, kelompok moderat-liberal telah menutup sebelah mata pada kenyataan bahwa agamanya memiliki kaitan yang signifikan dengan kekerasan, penindasan, dan peperangan yang dilakukan kelompok fundamentalis.

Perubahan

Yang ingin saya sampaikan adalah, salah satu persoalan utama yang sedang kita hadapi (yang justru kita abaikan) terletak pada teks-teks, ayat-ayat yang ada di dalam alkitab, alqur'an, yang -ditilik dari ekses negatifnya- telah melestarikan berbagai bentuk kepercayaan-kepercayaan absurd di berbagai kalangan masyarakat yang menjadi landasan untuk terjadinya berbagai kekerasan, penindasan dan penderitaan yang terus terjadi di dunia saat ini.

Sepanjang teman-teman kita dari kalangan moderat atau bahkan liberal tetap menggunakan "mata pisau" yang sama digunakan oleh orang-orang konservatif-fundamentalis untuk melestarikan kebencian dan keinginan membunuh/menghancurkan, kekerasan dan pembunuhan atas nama tuhan akan berulang kembali terus menerus. Dan dialog sebetapapun intensifnya dilakukan, akan sia-sia sepanjang dua penyumbat tetap dipasang.

Kita perlu mulai mengambil langkah konkrit untuk mengakui dan menghargai kitab-kitab tersebut sebagai bagian dari sejarah masa lalu. Kita perlu membuka diri dan membuang penyumbat-penyumbat dialog, serta mengakui secara tulus bahwa ada yang salah dalam sebagian dari kepercayaan-kepercayaan yang kita anut.
Demi generasi-generasi selanjutnya, kita perlu sepakat untuk melakukan perubahan, amandemen, koreksi tidak hanya terhadap interpretasi tapi juga ayat-ayat dari kitab suci masing-masing agama. Ayat-ayat ambigu yang berpotensi/telah menimbulkan berbagai tragedi yang menyengsarakan umat manusia seperti perang, kekerasan, pembunuhan, diskriminasi jender, dan nilai-nilai usang lain yang sudah bukan masanya lagi perlu ditinggalkan, dimusiumkan, dan dihapus dari doktrin kepercayaan agamanya agar tidak lagi dapat disalahgunakan, disalahinterpretasikan untuk kepentingan atau egotisme seseorang atau kelompok.

Singkatnya, agama -baik islam, kristen/katholik, dan lainnya- sudah waktunya harus diubah, disegarkan, diperbarui. Dan perubahan kali ini harus radikal, dan berkesinambungan. Pandangan-pandangan dan pemahaman akan tuhan yang paradoksikal dan eksklusif, perlu dialihkan menjadi open-source, yang saling bergantung dan saling melengkapi satu sama lain, interdependen. Agama harus menarik dirinya yang telah begitu mengakar ke dalam budaya, sosial dan politik masyarakat. Institusi agama perlu kembali pada jati dirinya sebagai murni agama, kembali pada fungsinya semula sebagai penasihat bijak yang mampu beradaptasi pada berbagai perubahan sosial, menunjang stabilitas moral dalam masa transisi perubahan, menumbuhkan persaudaraan antara umat manusia dalam mengarungi perkembangan jaman yang dinamis.

Impossibility? Tidak. Inevitability. Agama diadakan untuk kesejahteraan umat manusia, bukan sebaliknya untuk kejayaan agama. Agama-agama HARUS berubah, terpaksa atau dengan kesadaran sendiri, demi masa depan peradaban dan generasi umat manusia yang lebih baik.

18 November 2005

You Are God. Get Over It!

Preface
---------

Freedom is not superior to limitation;
with this realization I am able to choose freedom.

Happiness is not superior to suffering;
with this realization I am able to let go of suffering.

Abundance is not superior to poverty;
with this realization my abundance flows.

Nothing is superior to anything;
with this knowing I step out from hierarchy, competition and struggle.

In this state I do not judge life;
therefore I do not feel separate from it.

I am so glad of the diversity in the world;
in its reflection I see my own freedom to be whatever I wish to be.

We are not here to be one;
we are here to be many.

Through seeing that beyond this illusion we are all one,
we free ourselves to be the many.

I am not tied to any singular path to be a certain way.

I am diverse.

I am ever changing.

I am an explorer of All as truth.

(© Copyright Story Waters 2005)

15 November 2005

Menghindari Perbuatan Tak Beriman

Suatu ketika sekelompok orang melihat Tuhan sedang sibuk dengan pekerjaannya. Salah seorang diantaranya bertanya kepada Tuhan, "Apa yang sedang Engkau lakukan?"
"Aku sedang membuat duplikat diriku, seorang manusia," jawab Tuhan yang kemudian balik bertanya, "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"
Orang itu menjawab, "Kami sedang membentuk Tuhan ke dalam rupa kami."

Itulah tragedi sepanjang masa. Kita begitu mudah menjadi 'tidak serupa Allah' dan mulai mendekonstruksi Tuhan ke dalam rupa manusia.

Milyaran uang dipakai untuk mengkonstruksi bangunan-bangunan megah untuk merumahkan Tuhan, yang dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan yang tak beriman. Tempat-tempat ibadah kita telah menjadi pusat-pusat pelestarian perilaku yang mana kefanatikan dan idolatry (mengagungkan seseorang atau kitab tertentu sebagai satu-satunya sumber dan jalan kebenaran), kecanduan, dan nafsu (amarah, curiga, iri, benci, menghakimi, dll.) telah diterima atau dianggap wajar. Kita lupa bahwa Tuhan ada dimana-mana (omnipresent). Dia berada di dalam kita semua dan tempat yang paling disukai adalah hati yang baik hati, tulus dan welas asih.

Manusia berevolusi oleh Alam sebagai spesies yang memiliki pikiran sendiri untuk memilih Jalan hidupnya, untuk menjadi serupa atau tidak serupa dengan Allah. Namun kita telah mengecilkan hati Tuhan. Kekuatan mental yang seyogyanya adalah anugerah terbukti menjadi kutukan terbesar yang menggerogoti Tuhan sendiri.

Tuhan menginginkan kita untuk menjalani kehidupan yang lepas dari ikatan-ikatan. Namun kita justru telah melepaskan diri kita dari Tuhan.
Melakukan kebaikan adalah menjadi seperti Tuhan. Tetapi kita telah menjadi tidak serupa Tuhan dengan begitu banyaknya pilihan-pilihan keliru yang telah kita perbuat.

Kita harus berhenti dan merenungkan: Sedang kemana kita berjalan? Kita menjarah bumi bagi kebutuhan-kebutuhan kita yang tak pernah dapat terpuaskan dan menghancurkan jiwa kita demi ego, harga diri dan kebanggaan.

Untuk mencapai Tuhan, kita harus berperilaku seperti Tuhan. Kita harus selalu mencoba berbuat baik dan melakukannya terus menerus tanpa membuang waktu sedikitpun.

(disadur dari The Nazarene Way)